Banyak sisi arti untuk memaknai kata menulis. Kata kerja ini bisa diartikan dari sudut pandang input (niat), proses, output (tujuan) ataupun dari para profesi kepenulisan. Selain dapat diartikan dari berbagai sudut pandang yang telah disebutkan di atas, mendefinisikan kata “menulis” dapat juga dilihat dari aspek manfaat. Sebut saja misal sebagai suatu terapi. Terapi mencerminkan satu keperdulian (Eng: Care for) untuk mengobati sesuatu, seseorang atau diri sendiri. Jadi, menulis sebagai suatu terapi adalah suatu aktivitas mengekpresikan keperdulian kita untuk mengobati sesuatu, seseorang atau diri sendiri ke dalam bentuk rangkaian kata.
Pertanyaan selanjutnya adalah, apa tujuan dari menulis sebagai terapi? Kalau untuk mengobati diri sendiri, menulis sebagai terapi bertujuan untuk menemukan jati diri (who am I). Kemudian, bagaimana menulis sebagai terapi untuk menemukan jati diri? Ada satu kata kunci dari pengertian menulis sebagai terapi di alinea atas, yaitu keperdulian. Ya, perduli terhadap diri sendiri menggambarkan suatu cara menulis sebagai terapi untuk menemukan jati diri.
Mengenai keperdulian, jadi teringat berbagai ungkapan yang berkaitan dengan menemukan jati diri. Yakni, “Sebelum mengkritik orang lain, lihat diri sendiri terlebih dahulu”. “Sebelum mencubit orang lain, cubitlah diri sendiri untuk merasakan sakit”. “Sebelum menelanjangi orang lain, lihatlah tubuh telanjang dirimu sendiri” dan sebagainya. Intinya segala ungkapan ini mengajak kita untuk perduli terhadap diri kita sendiri sebelum anda perduli dengan orang lain, begitu juga dengan aktivitas menulis sebagai terapi.
Untuk perduli dengan diri sendiri melalui bantuan aktivitas menulis, ada satu faktor yang sangat penting yaitu kesiapan diri untuk berkata jujur. Ya, jujur terhadap diri sendiri dalam menuangkan berbagai ide dapat dianalogikan dengan kita berkata “tanyailah dirimu?”. Nah, menurut saya, di sinilah hambatan menulis sebagai terapi. Untuk bertanya terhadap diri sendiri terkadang kita tidak atau belum tahu, bagian mana dalam diri kita yang harus kita tanyai untuk berkata jujur.
Dalam ilmu Psikologi tepatnya dalam kajian psikologi perkembangan, terdapat konsepAlter Ego. Nah, menurut saya, Alter Ego ini merupakan bagian dalam diri yang harus kita tanyai untuk menulis secara jujur. Apa sih definisi alter ego itu? Alter ego menurut Wikipedia adalah “a second life, a second personality, or persona within a person. It was coined in the early nineteenth century when schizophrenia was first described by early”. Dengan kalimat lain, alter ego mendeskripsikan sisi lain dari diri kita yang bisa menggambarkan sisi buruk ataupun sisi baik.
Apakah setiap orang mempunyai sisi alter ego? Ya, tapi jangan bayangkan sisi alter ego anda seperti tokoh Clark Kent yang berubah menjadi Superman. Dilihat dari segi spiritual, setiap manusia dibekali berbagai ego oleh Tuhan Dalam Islam, ego berartinafs). Ego mencerminkan suatu wilayah dalam diri yang mendefinisi siapa diri kita. Dua ego yang paling menonjol adalah ego akal (kognitif) dan ego emosi (afektif). Nah dua ego inilah yang bisa kita manfaatkan untuk menulis.
Terakhir, bagaimana memanfaatkan ego kognitif dan ego afektif untuk menulis? (Tipsmind mapping ini saya dapatkan dari Jansen H. Sinamo, Bapak Ethos Indonesia). Bayangkan anda adalah tuan dari dua ego tersebut, artinya kendali dua ego itu ada di tangan anda. Ambil selembar kertas kosong serta pena, gambarkan lingkaran besar di tengah kertas tersebut. Di dalam lingkaran tersebut, tulislah kata “saya”. Selanjutnya, dari garis lingkaran tersebut buat delapan garis arah mata angin (seperti anda mengambar sinar matahari ketika bersekolah dasar). Dari masing-masing ujung delapan garis arah mata angin, buatlah lingkaran-lingkaran kecil. Kemudian bertanyalah pada diri anda sendiri, “siapakah saya?”. Dan proses pun dimulai.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, manfaatkan ego afektif anda lalu koreksi dengan ego kognitif anda. Jawaban-jawaban yang anda dapatkan mencerminkan kepakaran anda dalam suatu bidang. Artinya apa? Anda baru saja mendapatkan berbagai tema besar untuk menulis terkait dengan kepakaran anda.
Sebagai panduan (ini bisa diubah-ubah sesuai dengan selera anda), delapan arah mata angin dianalogikakan sebagai: (1). Dimensi spiritual, (2). Dimensi Biologi atau fisik, (3). Dimensi Sosial, (4). Dimensi Psikologi. (5). Dimensi Keluarga (6). Dimensi Passion atau karir apa yang anda sukai (ingat, your job is not your carrier, but your carrier is your job), (7). Dimensi Sukses atau apa ukuran kesuksesan anda, dan (8). Dimensi Manfaat atau apa manfaat kesuksesan anda bagi diri anda sendiri, keluarga, lingkungan sekitar serta masyarakat.
Sumber : http://filsafat.kompasiana.com/2009/12/04/memanfaatkan-alter-ego-untuk-menulis-33364.html (dengan pengubahan seperlunya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar