De Javu adalah bahasa Prancis dari kata ‘pernah melihat‘. Selama terjadi Deja Vu, kita mengenali situasi yang sedang kita hadapi, seperti pernah melakukan sama persis sebelumnya, namun kita tidak tahu dimana dan kapan kita pernah menghadapinya sebelumnya. Menurut sumber, 60%-70% manusia pernah mengalaminya setidaknya satu kali seumur hidupnya.
Belum ada yang bisa menjelaskan secara pasti mengapa De Javu terjadi. Bahkan, ada 40 teori mengenai De Javu yang tidak mungkin dibahas satu per satu. Tetapi ada satu teori yang masuk akal. Sigmun Freud dengan teori psikolog legendarisnya:
Permukaan air adalah batas kesadaran kita. Pikiran Sadar kita adalah bongkahan yang muncul di atas permukaan laut. Sedangkan pikiran bawah sadar adalah bongkahan raksasa yang ada di dalam laut.
“Sesungguhnya sebagian besar informasi yang kita terima tersimpan di pikiran bawah sadar kita dan belum muncul ke permukaan”. Hanya sebagian kecil dari informasi yang kita terima benar-benar kita ingat atau sadari. Inilah salah satu dasar pemahaman konsep De Javu. Ingatan lama tersimpan di alam bawah sadar kita, sehingga kita tidak bisa menyadari dimana kita pernah mengalaminya. Ingat, bongkahan raksasa gunung es ada di bawah permukaan.
Ada juga teori Robert Efron yang berhubungan dengan bagaimana cara otak kita menyimpan memori jangka panjang dan jangka pendek. Ia menguji teori ini pada tahun 1963 di rumah sakit Veteran Boston. Menurutnya, respon syaraf yang terlambat dapat menyebabkan deja vu. Hal ini disebabkan karena informasi yang masuk ke pusat pemrosesan di otak melewati lebih dari satu jalur.
Misteri terjadinya De Javu masih juga belum bisa dipecahkan oleh salah satu dari 40 teori yang ada. Lalu bagaimana dengan JAMAIS VU?
Pernahkah ketika kalian ingin melakukan sesuatu dan tiba-tiba berhenti, melihat-lihat dan bertanya-tanya bagaimana sih Anda sampai di sana? Lalu, bertanya, “Ngapain aku disini?”. Aneh ya? Itulah yang dinamakan Jamais Vu.
Dalam psikologi, istilah jamais vu artinya ‘tidak pernah melihat’. Peristiwa ketika seseorang tidak mengakui dan tidak mengenal situasi yang sedang ia dilakukan. Peristiwa dimana seseorang sesaat tidak mengenali kata, orang, atau tempat yang dia sudah tahu.
Jamais Vu adalah lawan dari De Javu.
Jamais vu kadang-kadang berhubungan dengan tipe tertentu amnesia dan epilepsi. Dengan kejang, jamais vu dapat terjadi karena gangguan kejang parsial yang berasal dari lobus temporal otak. Ini juga dapat terjadi karena migrain dan otak yang kelelahan.
Tetapi tidak selalu seseorang yang mengalami Jamais Vu mengalami penyakit amnesia atau epilepsi. Jangan khawatir, kalian tidak sendiri. Menurut sumber, sekitar 68% dari 92 persen sukarelawan penelitian Chris Moulin, dari the University of Leeds, yang mengalami Jamais Vu. Lebih dari separuhnya artinya banyak bukan?
‘Mungkin’ teori Jamais Vu hampir sama dengan teori Jamais Vu, mengingat mereka berdua saling berhubungan. Tetapi kita tidak dapat mengetahuinya secara pasti. Sekali lagi, ini misteri yang belum terpecahkan.
Sumber:http://amertyaardya.wordpress.com/2010/04/09/jamais-vu-de-javu/ (dengan pengubahan seperlunya)
Nah, sekarang aku mau tanya ke pembaca semua, kalau misalnya aku mimpi terus waktu bangun, lupa mimpi apa. Nah, saat ada kejadian, aku baru ingat kalau tadi aku baru mimpi itu, persis sama. Itu termasuk Deja vu bukan yah? Satu pertanyaan lagi : Kalau misalnya aku punya alter ego, berarti aku bisa mengalami Jamais vu terlalu sering yah? Mohon jawabannya.
Nah, sekarang aku mau tanya ke pembaca semua, kalau misalnya aku mimpi terus waktu bangun, lupa mimpi apa. Nah, saat ada kejadian, aku baru ingat kalau tadi aku baru mimpi itu, persis sama. Itu termasuk Deja vu bukan yah? Satu pertanyaan lagi : Kalau misalnya aku punya alter ego, berarti aku bisa mengalami Jamais vu terlalu sering yah? Mohon jawabannya.
Mohon jawabannya
BalasHapus