Total Tayangan Halaman

Kamis, 26 Desember 2013

Precognitive Dream - Mimpi yang Menjadi Kenyataan

Pernahkah kalian bermimpi pada suatu hari dan mimpi kalian menjadi kenyataan pada hari berikutnya ? Fenomena inilah yang disebut precognitive dream, mimpi yang berubah menjadi kenyataan.

Precognitive Dream adalah sebuah mimpi yang memberikan kepada seseorang informasi mengenai apa yang akan terjadi di masa depan.

Dengan kata lain, mimpi ini memiliki sifat meramalkan.

Precognitive Dream dan Manusia
Kebanyakan mimpi yang bersifat ramalan ini berkaitan dengan bencana, perang, pembunuhan, kecelakaan, bahkan kuda pacu yang akan keluar sebagai pemenang. Namun, kadang hanya berhubungan dengan hal-hal kecil yang terjadi di kemudian hari.

Pada konferensi Association for the Study of DreamsRobert Waggoner, seorang psikolog dan peneliti mimpi, mengatakan bahwa precognitive dream mengabaikan status, jabatan, budaya dan agama.

Karena itu, siapa saja di dunia ini, selama ia adalah manusia dan masih hidup pasti bisa mengalaminya. Yang berbeda hanyalah intensitas pengalaman tersebut.

Sebuah studi yang dilakukan oleh universitas Baylor menemukan bahwa 52 persen masyarakat percaya dengan precognitive dream. Bahkan sebuah survei pernah menemukan adanya 66 persen responden yang mengalami precognitive dream yang akurat.

Dalam sejarah, Abaham Lincoln pernah bermimpi melihat tubuhnya terbaring di sebuah peti mati, dua minggu sebelum pembunuhannya. Lalu seorang insinyur dari Inggris bernama John Dunne pernah memimpikan mengenai letusan sebuah gunung api di Perancis yang kemudian menjadi kenyataan.

Kategori Precognitive Dream

Menurut para peneliti yang sebagian besar adalah psikolog, tidak semua mimpi yang menjadi kenyataan dapat disebut sebagai precognitive. Untuk memenuhi syarat sebagai precognitive, maka mimpi yang menjadi kenyataan itu TIDAK BOLEH memenuhi empat unsur di bawah ini, yaitu :
  1. Menjadi nyata karena probabilitas
  2. Sang pemimpi sudah mengetahui peristiwa tersebut akan terjadi.
  3. Self fulfilling prophecy
  4. Pengaruh Telepati
Akan saya jelaskan dibawah ini :

Menjadi nyata karena probabilitas.
Contohnya, kita membaca berita bahwa 3 hari lagi akan diadakan demo besar-besaran. Lalu malamnya, kita bermimpi mengenai demo tersebut dan kita melihat terjadinya aksi lempar-lemparan batu antara pendemo dengan polisi.

3 Hari kemudian, memang ada demo besar-besaran dan terjadi aksi lempar-lemparan batu.

Mimpi kita menjadi kenyataan, namun tidak bisa disebut precognitive karena probabilitas terjadinya aksi anarki pada demo sangat tinggi.

Sang pemimpi sudah mengetahui mengenai kejadian tersebut.
Syarat ini memiliki contoh sama seperti di atas. Kita telah mengetahui akan terjadi demo sebelumnya. Karena itu, ketika kita memimpikannya, kita tidak bisa menyebutnya sebagai precognitive.

Self fulfilling prophecy
Self Fulfilling prophecy (Ramalan yang dipenuhi sendiri) adalah sebuah prediksi yang secara langsung ataupun tidak langsung menyebabkannya menjadi kenyataan.

Misalnya, ada sebuah ramalan palsu yang diberitakan. Namun ketika ia dideklarasikan sebagai ramalan sejati, maka deklarasi ini mungkin akan mempengaruhi orang-orang untuk membuatnya menjadi kenyataan.

Contoh paling sederhana adalah rumor.

Misalnya, di masyarakat beredar sebuah rumor bahwa bank enigmus (misalnya) mengalami kesulitan likuiditas dan mungkin akan ditutup oleh pemerintah. Padahal kenyataannya bank enigmus sama sekali tidak mengalami kesulitan keuangan apapun. Rumor itu dihembuskan oleh para pesaingnya untuk menjatuhkan reputasi bank tersebut. Lalu para nasabah yang jumlahnya banyak menjadi khawatir dengan rumor tersebut dan segera berbondong-bondong ke bank untuk menarik simpanan mereka.

Tebak, apa yang terjadi selanjutnya ?

Bank enigmus yang baik-baik saja mengalami kolaps karena penarikan dana secara besar-besaran. Bank enigmus pun dilikuidasi (atau di bail out) oleh pemerintah. Dan nasabah pun akan berkata,"Ternyata rumor tersebut benar !"

Inilah self fulfilling prophecy.

Jadi, Jika kalian memimpikan sebuah peristiwa dan turut serta dalam menjadikannya kenyataan, maka jelas itu bukan precognitive.

Pengaruh telepati
Sigmund Freud, bapa psikoanalisa pernah mempelajari hubungan antara mimpi dan pikiran bawah sadar. Ia pernah berkata "Adalah sebuah fakta yang tidak terbantahkan bahwa tidur merupakan kondisi yang sangat baik untuk telepati."

Percaya atau tidak, pernyataan ini terbukti dari banyak eksperimen. Salah satunya adalah eksperimen yang dilakukan oleh psikiater Italia bernama GC Ermacora dimana Ia berhasil memberikan pesan kepada seseorang yang sedang tertidur dan bermimpi.

Jadi, dengan kata lain, mimpi seseorang bisa dipengaruhi oleh telepati. Tentu saja, jika mimpi yang dialami berasal dari pengaruh telepati, maka mimpi tersebut tidak bisa dikategorikan sebagai precognitive.

Precognitive Dream dan Tekanan Psikologi
"Para pemimpi yang mendapatkan mimpi precognitive sering mengatakan bahwa mereka merasakan perasaan yang berbeda ketika mendapatkan mimpi itu dibanding dengan mimpi biasa." Kata EW Kellog III.Ph.D.

Mereka juga akan menjadi sangat terganggu. Banyak juga yang melaporkan perasaan yang sangat nyata setelah terbangun dan bahkan mereka benar-benar percaya bahwa mimpi itu akan segera terjadi.

Pemimpi yang lain mengatakan bahwa ingatan akan mimpi itu biasanya melekat terus di dalam pikiran mereka selama bertahun-tahun. Karena itulah, banyak pemimpi precognitive yang depresi. Mereka ketakutan karena berpikir bahwa sebuah kecelakaan terjadi karena mereka memimpikannya atau memikirkannya.

Namun ketakutan ini tidak beralasan karena precognitive dream TIDAK menyebabkan sesuatu terjadi. Precognitive dream HANYA menerima informasi mengenai apa yang akan terjadi di kemudian hari.

Siapa yang biasa mengalaminya ?

Hasil uji scan terhadap otak menunjukkan bahwa manisfestasi precognition berasal dari bagian otak yang mengontrol emosi. Pada individu yang memiliki emosi yang lebih terkendali, akurasi precognition juga menjadi lebih tinggi.

Studi terbaru juga menunjukkan bahwa individu yang kreatif menunjukkan akurasi yang lebih tinggi atas uji precognitive.

Lalu, pada artikel berjudul "Time : Exploring the Unexplained", penelitian menunjukkan bahwa mereka yang secara aktif dan teratur mengikuti disiplin mental seperti yoga dan meditasi juga memiliki tingkat akurasi precognitive yang tinggi.

Dari hasil studi ini, kita bisa menyimpulkan bahwa pemimpi precognitive jelas bukan orang gila atau orang aneh, melainkan orang yang memiliki emosi yang terkendali dan kreatif.

Mendengar ini, mungkin kalian akan menjadi sedikit bangga menjadi seorang precog dreamer.

Teori-teori precognitive
Precognitive dream adalah sebuah fenomena yang belum bisa dijelaskan oleh sains secara sempurna. Walaupun begitu, ketertarikan akan subyek ini telah bermula sejak masa Aristoteles. Pada masa yang lebih modern sekarang ini, beberapa teori sains lahir untuk menjelaskan, atau paling tidak, memberikan sedikit gambaran mengenai fenomena ini. Ini diantara teori-teori tersebut yang saya anggap cukup menarik.

Teori Frekuensi
Sebelum terjadi gempa, hewan-hewan akan berlarian keluar. Para ilmuwan percaya bahwa pergeseran lempeng bumi telah menciptakan frekuensi yang dapat ditangkap oleh otak hewan. Bumi, dalam kondisi normal memiliki frekuensi sekitar 7,83 hertz. Seseorang (atau hewan) yang selaras dengan frekuensi tersebut dapat merasakan perubahan itu, karena itu mereka berlarian keluar.

Berdasarkan argumen ini, lahirlah teori frekuensi. Menurut teori ini, selama bermimpi, pikiran bawah sadar kita mulai terbebas dari belenggu pikiran sadar dan mulai dapat mengontrol bagian otak yang mengatur intuisi dan emosi. Dan hasilnya adalah "tune in" dengan frekuensi yang lain yang menyebabkan terjadinya precognitive dream.

Masalahnya dengan teori ini adalah, apakah "waktu masa depan" memiliki frekuensinya sendiri ?

Sains tidak bisa menjawab ini.

Law of Large Numbers
Teori ini diajukan oleh seorang skeptis bernama Robert Todd Carroll, penulis buku "The Skeptic's Dictionary'. Ia mengatakannya sebagai berikut :

"Katakanlah, kemungkinannya adalah satu juta banding satu ketika seorang individu memimpikan sebuah pesawat jatuh dan keesokan harinya sebuah pesawat benar-benar jatuh. Dengan adanya 6 milyar manusia yang memiliki sekitar 250 tema mimpi yang berbeda setiap malam, maka pastilah akan ada sekitar 1,5 juta manusia dalam sehari yang memiliki mimpi yang sepertinya bersifat meramalkan."
Bagi Robert, precognitive dream hanyalah sebuah kebetulan atau sebuah probabilitas yang muncul karena hukum statistik.

Teori ini, sejalan dengan argumen lain yang menyebutkan bahwa keberhasilan precognitive dream sebenarnya terjadi karena bias memori.

Bias Memori
Artinya, Memori kita hanya akan mengingat mimpi yang menjadi kenyataan dan melupakan mimpi yang tidak menjadi kenyataan.

Ketika sebuah peristiwa terjadi, otomatis, sang pemimpi hanya mengingat mimpinya yang akurat dan ia akan berkata,"Aku sudah pernah memimpikannya !" Tapi ketika mimpi itu tidak menjadi kenyataan, ia akan segera melupakan mimpi tersebut.

Teori ini mungkin ada benarnya juga. Dalam salah satu eksperimen, subyek diminta untuk menulis mimpi mereka dalam sebuah buku catatan. Hal ini dilakukan untuk mencegah memori selektif bekerja. Setelah dibandingkan dengan peristiwa nyata, mimpi yang tercatat tersebut sepertinya kehilangan akurasinya.

Kesimpulannya, kita bermimpi banyak. Banyak yang tidak akurat dan sebagian akurat. Semuanya hanyalah kebetulan semata.

Ya, saya tahu, kalian tidak puas dengan teori-teori ini. Tapi memang sains tidak bisa menjelaskan fenomena ini dengan sempurna. Mau apa lagi ?

Sekarang, setelah sedikit mengasah otak dengan beberapa teori yang rumit, kita akan masuk ke dalam pertanyaan terpentingnya, yaitu : why me ?

Mengapa precognitive dream terjadi ?
Ini adalah pertanyaan yang banyak ditanya oleh para pemimpi precognitive.

Sekali lagi, para peneliti tidak memiliki jawaban yang pasti. Mereka hanya mengatakan, Mungkin mimpi itu terjadi sebagai bagian dari mekanisme pertahanan hidup manusia. Dengan suatu cara, mereka diingatkan akan bahaya yang akan datang. Banyak kesaksian yang menyebutkan adanya perubahan jadwal perjalanan tiba-tiba yang menyelamatkan seseorang dari bencana - Ingat film Final Destination.

Lalu, kalian mungkin akan berkata,"Ya, itu mimpi yang berkaitan dengan diri kita sendiri. Bagaimana dengan mimpi yang berkaitan dengan orang lain ? Bagaimana jika saya memimpikan mengenai kecelakaan yang akan dialami oleh sahabat saya ?"

Saya tidak menemukan jawaban pertanyaan ini dari para ilmuwan. Tapi jika kalian bertanya kepada saya, maka saya akan menjawab :

"Tuhan ingin memakai kalian untuk memperingatkan mereka. Jadi, angkat teleponmu dan hubungi dia !"

Precognitive Dream - Last Words
Kita bukan sebuah robot yang terdiri dari mesin-mesin mekanis. Kita adalah manusia yang terdiri dari darah, daging dan roh. Karena itu, manusia disebut juga makhluk spiritual.

Siapa yang bisa mengambil roh manusia dan menelitinya di bawah mikroskop ?

Sebagai makhluk spiritual, adalah hal yang wajar jika kita mengalami beberapa pengalaman spiritual. Jika kita bisa memahami ini dan menerimanya apa adanya, maka mungkin kita bisa menjadi lebih tenang dan bahagia.

Dalam kasus precognitive dream, saya lebih suka menganggapnya sebagai wilayah spiritual dibanding sains.

Sumber : 
http://xfile-enigma.blogspot.com/2010/02/precognitive-dream-fenomena-mimpi-yang.html (dengan pengubahan seperlunya)

Rabu, 25 Desember 2013

Memanfaatkan Alter Ego Untuk Menulis

Banyak sisi arti untuk memaknai kata menulis. Kata kerja ini bisa diartikan dari sudut pandang input (niat), proses, output (tujuan) ataupun dari para profesi kepenulisan. Selain dapat diartikan dari berbagai sudut pandang yang telah disebutkan di atas, mendefinisikan kata “menulis” dapat juga dilihat dari aspek manfaat. Sebut saja misal sebagai suatu terapi. Terapi mencerminkan satu keperdulian (Eng: Care for) untuk mengobati sesuatu, seseorang atau diri sendiri. Jadi, menulis sebagai suatu terapi adalah suatu aktivitas mengekpresikan keperdulian kita untuk mengobati sesuatu, seseorang atau diri sendiri ke dalam bentuk rangkaian kata.

Pertanyaan selanjutnya adalah, apa tujuan dari menulis sebagai terapi? Kalau untuk mengobati diri sendiri, menulis sebagai terapi bertujuan untuk menemukan jati diri (who am I). Kemudian, bagaimana menulis sebagai terapi untuk menemukan jati diri? Ada satu kata kunci dari pengertian menulis sebagai terapi di alinea atas, yaitu keperdulian. Ya, perduli terhadap diri sendiri menggambarkan suatu cara menulis sebagai terapi untuk menemukan jati diri.
Mengenai keperdulian, jadi teringat berbagai ungkapan yang berkaitan dengan menemukan jati diri. Yakni, “Sebelum mengkritik orang lain, lihat diri sendiri terlebih dahulu”. “Sebelum mencubit orang lain, cubitlah diri sendiri untuk merasakan sakit”. “Sebelum menelanjangi orang lain, lihatlah tubuh telanjang dirimu sendiri” dan sebagainya. Intinya segala ungkapan ini mengajak kita untuk perduli terhadap diri kita sendiri sebelum anda perduli dengan orang lain, begitu juga dengan aktivitas menulis sebagai terapi.

Untuk perduli dengan diri sendiri melalui bantuan aktivitas menulis, ada satu faktor yang sangat penting yaitu kesiapan diri untuk berkata jujur. Ya, jujur terhadap diri sendiri dalam menuangkan berbagai ide dapat dianalogikan dengan kita berkata “tanyailah dirimu?”. Nah, menurut saya, di sinilah hambatan menulis sebagai terapi. Untuk bertanya terhadap diri sendiri terkadang kita tidak atau belum tahu, bagian mana dalam diri kita yang harus kita tanyai untuk berkata jujur.

Dalam ilmu Psikologi tepatnya dalam kajian psikologi perkembangan, terdapat konsepAlter Ego. Nah, menurut saya, Alter Ego ini merupakan bagian dalam diri yang harus kita tanyai untuk menulis secara jujur. Apa sih definisi alter ego itu? Alter ego menurut Wikipedia adalah “a second life, a second personality, or persona within a  person. It was coined in the early nineteenth century when schizophrenia was first described by early”. Dengan kalimat lain, alter ego mendeskripsikan sisi lain dari diri kita yang bisa menggambarkan sisi buruk ataupun sisi baik.

Apakah setiap orang mempunyai sisi alter ego? Ya, tapi jangan bayangkan sisi alter ego anda seperti tokoh Clark Kent yang berubah menjadi Superman. Dilihat dari segi spiritual, setiap manusia dibekali berbagai ego oleh Tuhan Dalam Islam, ego berartinafs). Ego mencerminkan suatu wilayah dalam diri yang mendefinisi siapa diri kita. Dua ego yang paling menonjol adalah ego akal (kognitif) dan ego emosi (afektif). Nah dua ego inilah yang bisa kita manfaatkan untuk menulis.

Terakhir, bagaimana memanfaatkan ego kognitif dan ego afektif untuk menulis? (Tipsmind mapping ini saya dapatkan dari Jansen H. Sinamo, Bapak Ethos Indonesia). Bayangkan anda adalah tuan dari dua ego tersebut, artinya kendali dua ego itu ada di tangan anda. Ambil selembar kertas kosong serta pena, gambarkan lingkaran besar di tengah kertas tersebut. Di dalam lingkaran tersebut, tulislah kata “saya”. Selanjutnya, dari garis lingkaran tersebut buat delapan garis arah mata angin (seperti anda mengambar sinar matahari ketika bersekolah dasar). Dari masing-masing ujung delapan garis arah mata angin, buatlah lingkaran-lingkaran kecil. Kemudian bertanyalah pada diri anda sendiri, “siapakah saya?”. Dan proses pun dimulai.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, manfaatkan ego afektif anda lalu koreksi dengan ego kognitif anda. Jawaban-jawaban yang anda dapatkan mencerminkan kepakaran anda dalam suatu bidang. Artinya apa? Anda baru saja mendapatkan berbagai tema besar untuk menulis terkait dengan kepakaran anda.

Sebagai panduan (ini bisa diubah-ubah sesuai dengan selera anda), delapan arah mata angin dianalogikakan sebagai: (1). Dimensi spiritual, (2). Dimensi Biologi atau fisik, (3). Dimensi Sosial, (4). Dimensi Psikologi. (5). Dimensi Keluarga (6). Dimensi Passion atau karir apa yang anda sukai (ingat, your job is not your carrier, but your carrier is your job), (7). Dimensi Sukses atau apa ukuran kesuksesan anda, dan (8). Dimensi Manfaat atau apa manfaat kesuksesan anda bagi diri anda sendiri, keluarga, lingkungan sekitar serta masyarakat.

Alter Ego atau Kepribadian Ganda


By the way, apakah Anda mengerti apa yang dimaksud dengan kepribadian ganda? Secara eksplisit, kepribadian ganda adalah pemecahan kepribadian atau biasa disebut dengan alter ego, merupakan suatu keadaan di mana kepribadian individu terpecah sehingga muncul kepribadian yang lain. Dan kepribadian itu biasanya merupakan ekspresi dari kepribadian utama yang muncul karena pribadi utama tidak dapat mewujudkan hal yang ingin dilakukannya.
Dalam bahasa yang lebih sederhana dapat dikatakan bahwa ada satu orang yang memiliki pribadi lebih dari satu atau memiliki dua pribadi sekaligus. Yang menyeramkan terkadang si penderita tidak tau bahwa ia memiliki kepribadian ganda. Dua pribadi yang ada dalam satu tubuh ini juga tidak saling mengenal dan lebih menyeramkan lagi adalah kadang-kadang dua pribadi ini saling bertolak belakang sifatnya. 
Sebab itulah mari kita introspeksi diri sama-sama, apakah tanpa kita sadari, diri kita berpotensi memiliki kepribadian ganda ? Jangan sampai orang-orang yang ada di sekitar kita merasa dirugikan karena kepribadian yang membahayakan ini.
Umumnya, kepribadian ganda terjadi karena disebabkan oleh beberapa faktor penyebab. Yang saya tau adalah disebabkan karena berasal dari keluarga yang *maaf* broken home, mendapat perlakuan kasar di masa kecil [pelecehan seksual, kekerasan fisik, dll].
Seseorang yang memiliki kepribadian ganda, jika dilihat dan diperhatikan, kita tidak bisa langsung menebak apakah seseorang tersebut memiliki kepribadian ganda atau tidak. Sebab penampilannya tampak seperti orang-orang yang normal dan tidak sinting tentunya. Dalam hubungan sosial juga demikian. Tidak ada sama sekali keanehan yang diperlihatkan. Malah biasanya seseorang dengan kepribadian ganda, sangat baik dan ramah sekali terhadap siapa pun lawan bicaranya. Dengan catatan bahwa tetap terjadi hubungan komunikasi yang sehat. Sebab seseorang yang memiliki kepribadian ganda, selalunya ingin menang dalam perdebatan dan tidak peduli dengan siapa Ia berbicara. Pendapat orang yang memiliki kepribadian ganda, selalu merasa bahwa pendapatnyalah yang paling benar dan tidak boleh dibantah. Jika dibantah dan didebat terus-menerus, Ia akan berubah menjadi Srigala atau Macan Tutul yang siap menerkam.
Jika Anda saat ini merasa sedang dekat dengan seseorang yang memiliki ciri-ciri tersebut di atas, maka ada baiknya agar Anda berhati-hati. Jangan sampai Anda menjadi korban seseorang yang memiliki kepribadian ganda. Namun, jika Anda benar-benar peduli terhadap seseorang yang memiliki kepribadian ganda tersebut, pelan-pelan namun pasti, berusahalah untuk membujuknya supaya ‘membereskan’ permasalahannya ke Psikiater. Meski ini bukan pekerjaan mudah sebab seseorang yang memiliki kepribadian ganda, tidak pernah merasa kalau dirinya sakit!
Kemudian bagaimana pula seseorang yang dikatakan PSIKOPAT? Gejalanya adalah sebagai berikut;
  • Sering berbohong, fasih dan dangkal. Psikopat seringkali pandai melucu dan pintar bicara, secara khas berusaha tampil dengan pengetahuan di bidang sosiologi, psikiatri, kedokteran, psikologi, filsafat, puisi, sastra, dan lain-lain. Seringkali pandai mengarang cerita yang membuatnya positif, dan bila ketahuan berbohong mereka tak peduli dan akan menutupinya dengan mengarang kebohongan lainnya dan mengolahnya seakan-akan itu fakta.
  • Egosentris dan menganggap dirinya hebat.
  • Tidak punya rasa sesal dan rasa bersalah. Meski kadang psikopat mengakui perbuatannya namun ia sangat meremehkan atau menyangkal akibat tindakannya dan tidak memiliki alasan untuk peduli.
  • Senang melakukan pelanggaran dan bermasalah perilaku di masa kecil.
  • Sikap antisosial di usia dewasa.
  • Kurang empati. Bagi psikopat memotong kepala ayam dan memotong kepala orang, tidak ada bedanya.
  • Psikopat juga teguh dalam bertindak agresif, menantang nyali dan perkelahian, jam tidur larut dan sering keluar rumah.
  • Impulsif dan sulit mengendalikan diri. Untuk psikopat tidak ada waktu untuk menimbang baik-buruknya tindakan yang akan mereka lakukan dan mereka tidak peduli pada apa yang telah diperbuatnya atau memikirkan tentang masa depan. Pengidap juga mudah terpicu amarahnya akan hal-hal kecil, mudah bereaksi terhadap kekecewaan, kegagalan, kritik, dan mudah menyerang orang hanya karena hal sepele.
  • Tidak mampu bertanggung jawab dan melakukan hal-hal demi kesenangan belaka.
  • Manipulatif dan curang. Psikopat juga sering menunjukkan emosi dramatis walaupun sebenarnya mereka tidak sungguh-sungguh. Mereka juga tidak memiliki respon fisiologis yang secara normal diasosiasikan dengan rasa takut seperti tangan berkeringat, jantung berdebar, mulut kering, tegang, gemetar [bagi psikopat hal ini tidak berlaku. Karena itu psikopat seringkali disebut dengan istilah "dingin"].

Deja vu dan Jamais vu

De Javu adalah bahasa Prancis dari kata ‘pernah melihat‘. Selama terjadi Deja Vu, kita mengenali situasi yang sedang kita hadapi, seperti pernah melakukan sama persis sebelumnya, namun kita tidak tahu dimana dan kapan kita pernah menghadapinya sebelumnya. Menurut sumber, 60%-70% manusia pernah mengalaminya setidaknya satu kali seumur hidupnya.
Belum ada yang bisa menjelaskan secara pasti mengapa De Javu terjadi. Bahkan, ada 40 teori mengenai De Javu yang tidak mungkin dibahas satu per satu. Tetapi ada satu teori yang masuk akal. Sigmun Freud dengan teori psikolog legendarisnya:
gunung es = otak manusia
gunung es = otak manusia
Permukaan air adalah batas kesadaran kita. Pikiran Sadar kita adalah bongkahan yang muncul di atas permukaan laut. Sedangkan pikiran bawah sadar adalah bongkahan raksasa yang ada di dalam laut.
“Sesungguhnya sebagian besar informasi yang kita terima tersimpan di pikiran bawah sadar kita dan belum muncul ke permukaan”. Hanya sebagian kecil dari informasi yang kita terima benar-benar kita ingat atau sadari. Inilah salah satu dasar pemahaman konsep De Javu. Ingatan lama tersimpan di alam bawah sadar kita, sehingga kita tidak bisa menyadari dimana kita pernah mengalaminya. Ingat, bongkahan raksasa gunung es ada di bawah permukaan.
Ada juga teori Robert Efron yang berhubungan dengan bagaimana cara otak kita menyimpan memori jangka panjang dan jangka pendek. Ia menguji teori ini pada tahun 1963 di rumah sakit Veteran Boston. Menurutnya, respon syaraf yang terlambat dapat menyebabkan deja vu. Hal ini disebabkan karena informasi yang masuk ke pusat pemrosesan di otak melewati lebih dari satu jalur.
Misteri terjadinya De Javu masih juga belum bisa dipecahkan oleh salah satu dari 40 teori yang ada. Lalu bagaimana dengan JAMAIS VU?
Pernahkah ketika kalian ingin melakukan sesuatu dan tiba-tiba berhenti, melihat-lihat dan bertanya-tanya bagaimana sih Anda sampai di sana? Lalu, bertanya, “Ngapain aku disini?”. Aneh ya? Itulah yang dinamakan Jamais Vu.
Dalam psikologi, istilah jamais vu artinya ‘tidak pernah melihat’. Peristiwa ketika seseorang tidak mengakui dan tidak mengenal situasi yang sedang ia dilakukan. Peristiwa dimana seseorang sesaat tidak mengenali kata, orang, atau tempat yang dia sudah tahu.
Jamais Vu adalah lawan dari De Javu.
Jamais vu kadang-kadang berhubungan dengan tipe tertentu amnesia dan epilepsi. Dengan kejang, jamais vu dapat terjadi karena gangguan kejang parsial yang berasal dari lobus temporal otak. Ini juga dapat terjadi karena migrain dan otak yang kelelahan.
Tetapi tidak selalu seseorang yang mengalami Jamais Vu mengalami penyakit amnesia atau epilepsi. Jangan khawatir, kalian tidak sendiri. Menurut sumber, sekitar 68% dari 92 persen sukarelawan penelitian Chris Moulin, dari the University of Leeds, yang mengalami Jamais Vu. Lebih dari separuhnya artinya banyak bukan? 
‘Mungkin’ teori Jamais Vu hampir sama dengan teori Jamais Vu, mengingat mereka berdua saling berhubungan. Tetapi kita tidak dapat mengetahuinya secara pasti. Sekali lagi, ini misteri yang belum terpecahkan.
Sumber:http://amertyaardya.wordpress.com/2010/04/09/jamais-vu-de-javu/ (dengan pengubahan seperlunya)

Nah, sekarang aku mau tanya ke pembaca semua, kalau misalnya aku mimpi terus waktu bangun, lupa mimpi apa. Nah, saat ada kejadian, aku baru ingat kalau tadi aku baru mimpi itu, persis sama. Itu termasuk Deja vu bukan yah? Satu pertanyaan lagi : Kalau misalnya aku punya alter ego, berarti aku bisa mengalami Jamais vu terlalu sering yah? Mohon jawabannya.