Total Tayangan Halaman

Kamis, 24 Oktober 2013

Masa Pra Aksara di Indonesia




Tengkorak Homo Sapiens.
Para ahli geologi membagi masa perkembangan bumi mejadi beberapa zaman yaitu arkeozoikum, paleozoikum, mesozoikum, neozoikum.
1. Zaman Arkeozoikum
Merupakan zaman tertua, berlangsung kira-kira 2.500 juta tahun yang lalu. Pada masa itu bumi dalam proses pembentukan, permukaan bumi masih sangat panas sehingga belum terdapat makluk hidup yang tinggal di bumi.
2. Zaman Paleozoikum
Disebut juga sebagai zaman primer, berlangsung kira-kira 340 juta tahun yang lalu. Zaman ini ditandai dengan terjadinya penurunan suhu yang amat drastis di bumi, bumi mendingin. Pada masa ini lah makluk hidup pertama kali diperkirakan muncul, yaitu makluk bersel satu dan tidak bertulang belakang seperti bakteri, serta sejenis amfibi.
3. Zaman Mesozoikum
Disebut juga sebagai zaman sekunder, berlangsung kira-kira 140 juta tahun yang lalu. Zaman ini ditandai dengan munculnya hewan-hewan reptile besar (dinosaurus) olah karena itu jaman ini disebut juga zaman reptile.
4. Zaman Neozoikum
Zaman Neozoikum berlangsung kira-kira 60 juta tahun yang lalu. Kehidupan di zaman ini mulai stabil, berkembang dan beragam. Zaman ini di bagi menjadi beberapa zaman:
a. Zaman Tersier, ditandai dengan mulai berkurangnya hewan-hewan besar. Telah memeiliki berbagai jenis binatang menyusui, diantaranya kera dan monyet.
b. Zaman Sekunder, ditandai dengan munculnya tanda-tanda kehidupan manusia purba. Zaman ini dibagi kembali menjadi 2 jaman yaitu:
1) Zaman Pleistosen/dilivium (zaman es/glasial), masa ini ditandai mulai mencairnya es di kutub utara karena perubahan iklim. Berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu. Pada masa inilah kehidupan manusia mulai ada. Berlangsung sekitar 600.000 tahun yang lalu.
2) Zaman Holosen/alluvium, masa ini ditandai dengan munculnya Homo Sapiens, merupakan nenek moyang manusia modern saat ini. Masa ini berlangsung sekitar 20.000 tahun yang lalu.

A. Pengertian Praaksara atau Prasejarah
Praaksara atau prasejarah merupakan kurun waktu (zaman) pada saat manusia belum mengenal tulisan atau huruf. Praaksara disebut juga zaman nirleka, yaitu zaman tidak ada tulisan. Setelah manusia mengenal tulisan maka disebut zaman sejarah. Berakhirnya zaman prasejarah setiap bangsa berbeda-beda berdasarkan perkembangan setiap bangsa tersebut serta informasi yang masuk ke bangsa itu. Misalnya bangsa Mesir Kuno meninggalkan zaman praaksara sekitar 4000 SM, bangsa Sumeria dan Dravida meninggalkan zaman praaksara sekitar 3000 SM, sedangkan bangsa Indonesia meninggalkan zaman praaksara sekitar 400 M.


Manusia yang hidup pada masa pra aksara atau masa pra sejarah.

B. Jenis-jenis Manusia Purba di Indonesia
Dari hasil penelitian dan penemuan fosil, oleh para ahli purbakala manusia purba banyak di temukan di Indonesia terutama di Pulau Jawa. Manusia purba pada masa lampau telah tinggal di beberapa daerah di Pulau Jawa diantaranya di Lembah Bengawan Solo (Jawa Tengah) dan di Lembah Sungai Brantas (Jawa Timur). Di daerah - daerah tersebut di atas banyak di temukan fosil manusia purba.
Di Indonesia terdapat beberapa jenis manusia purba diantaranya Meganthropus Paleojavanicus, Pithecanthropus Erectus, dan beberapa jenis Homo.
1. Meganthropus Paleojavanicus
Meganthropus Paleojavanicus artinya manusia purba yang besar dan tertua di Jawa. Manusia purba ini memiliki tulang pipi cukup tebal dengan kening menonjol, postur tubuh tinggi besar dengan otot kuat, otot tengkuk kuat, tonjolan belakang kepala yang tajam. Diperkirakan tidak memiliki dagu. Meganthropus Paleojavanicus di temukan di Pucangan, Sangiran, Surakarta oleh Von Koeningswald pada tahun 1936 dan 1941.

Tengkorak Meganthropus Paleojavanicus.

2. Pithecanthropus Mojokertensis
Pithecanthropus Mojokertensis artinya manusia kera dari Mojokerto. Manusia purba ini memiliki postur tubuh tegak, tulang rahang besar, geraham kuat, tulang tengkorak tebal dan lonjong. Diperkirakan tidak memiliki dagu.
3. Pithecanthropus Erectus
Pithecanthropus Erectus artinya manusia kera yang berjalan tegak. Manusia purba ini memiliki ciri-ciri berbadan tegak tetapi tidak setegak Meganthropus Paleojavanicus, dengan leher tegap dan otak yang kecil. Tingginya kira – kira 165-180 cm. Pithecanthropus Erectus merupakan manusia purba yang paling banyak di temukan di Indonesia diantaranya di Mojokerto, Kedungtrubus, Trinil, Sangiran, Sambungmacan, dan Ngandong. Pertama kali di temukan oleh Eugene Dubois di Trinil dekat Sungai Bengawan Solo, Surakarta, antara tahun 1891-1893.
 
                 
Tengkorak Pithecanthropus Erectus.
Pithecanthropus Erectus.

4. Homo Soloensis, artinya manusia dari Solo. Ditemukan pada tahun 1931-1934, oleh Ter Haar dan Ir. Oppenorth di Ngandong, Lembah Sungai Bengawan Solo. Ciri-ciri Homo Soloensis yaitu berbadan tegak dengan tinggi badan 180 cm, tengkoraknya lebih besar dari Pithecantropus Erectus dengan otak kecil.
5. Homo Wajakensis, artinya manusia dari Wajak. Ditemukan pada tahun 1889, olah Van Reitschoten di Wajak, Tulungagung, Jawa Timur. Ciri-ciri Homo Wajakensis yaitu berbadan tegak dengan tinggi badan 130-210 cm, tengkoraknya lebih bulat dan kuat dengan otak kecil dan besar, muka tidak terlalu menonjol ke depan, dan telah memiliki kemampuan membuat peralatan dari batu, tulang dan kayu.
6. Homo Sapiens, artinya manusia cerdas. Merupakan generasi terakhir dari manusia purba. Homo Sapiens hidup di Zaman Holosen sekitar 4000 tahun yang lalu.Ciri-cirinya adalah berdiri tegak sempurna, muka sudah tidak menonjol dan otak tengkorak menyusut.
 
C. Perkembangan Kehidupan Manusia Purba di Indonesia
Kehidupan manusia purba pada masa praaksara senantiasa mengalami perubahan dan perkembangan. Perubahan dan perkembangan itu dapat di jelaskan sebagai berikut.
1. Masa Berburu dan Meramu
Kehidupan manusia purba masa berburu dan meramu senantiasa berpindah-pindah (nomaden). Kehidupan pada masa berburu dan meramu disebut food gathering artinya mengumpulkan makanan yang di sediakan oleh alam tanpa mengolah atau menanam terlebih dahulu. Alat-alat yang digunakan pada masa itu antara lain kapak perimbas untuk merimbas kayu, menguliti binatang, dan memecah tulang; kapak genggam untuk menggali umbi dan memotong hewan buruan; dan alat serpih digunakan sebagai pisau.
2. Masa Bercocok Tanam
Pada masa ini manusia purba sudah mengenal bercocok tanam (food producing). Namun demikian kehidupan berburu dan meramu tidak sepenuhnya ditinggalkan. Masa ini pula manusia purba mulai tinggal menetap (sedenter) di suatu kampung dengan rumah panggung. Alat-alat yang di gunakan pada masa bercocok tanam berasal dari batu yang telah di haluskan, antara lain mata panah untuk berburu; barang pecah belah dari tanah liat (gerabah); beliung persegi untuk menebang kayu dan mencangkul; kapak lonjong untuk mengolah tanah.
3. Masa Perundagian (Pertukangan)
Pada masa ini manusia sudah mengenal teknologi sederhana dan pembagian kerja. Saat itu manusia menganal pertukangan dan pengecoran logam seperti perunggu, tembaga dan besi sebagai barang-barang kebutuhan rumah tangga.
a. Nekara dan Moko, berbentuk seperti tambur atau dandang terbalik. Digunakan pada upacara adat sebagai benda pusaka.
b. Kapak perunggu/kapak corong, berbentuk menyerupai corong terbuat dari perunggu.
c. Benda-benda lain, seperti bejana perunggu, manik-manik, gerabah dan mata tombak.

D. Sistem Kepercayaan Manusia Purba pada Masa Praaksara
Seiring dengan perkembangan kemampuan berfikir, manusia purba mulai mengenal kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan lain di luar dirinya. Untuk menjalankan kepercayaan yang diyakininya manusia purba malakukan berbagai upacara dan ritual.
Sistem akepercayaan yang di anut manusia pada masa prakasara atau masa prasejarah antara lain animisme, dinamisme, totemisme, dan shamanisme.
a. Animisme, adalah percaya pada roh nenek moyang maupun roh-roh lain yang mempengaruhi kehidupan mereka. Upaya yang dilakukan agar roh-roh tersebut tidak mengganggu adalah dengan memberikan sesaji.
b. Dinamisme, adalah percaya pada kekuatan alam dan benda-benda yang memiliki gaib. Manusia purba melakukanya dengan menyembah batu atau pohon besar, gunung, laut, gua, keris, azimat, dan patung.
c. Totemisme, adalah percaya pada binatang yang dinganggap suci dan memiliki kekuatan.
Dalam melakukan upacara ritual pemujaan manusia purba membutuhkan sarana, dengan membangun bangunan dari batu yang dipahat dengan ukuran yang besar. Masa ini di sebut sebagai kebudayaan Megalitikum (kebudayaan batu besar). Bangunan yang di buat pada masa megalitikum diantaranya.

Bangunan Megalitik Dolmen.
a. Menhir, adalah tiang atau tugu batu yang berfungsi sebagai prasasti dan melambangkan kehormatan arwah nenek moyang.
b. Dolmen, adalah meja batu untuk meletakkan sesaji.
c. Peti kubur batu, adalah lempeng batu besar berbentuk kotak persegi panjang berfungsi sebagai peti jenazah.
d. Sarkofagus, adalah batu besar yang di pahat berbentuk mangkuk terdiri dari dua keping yang ditangkupkan menjadi satu. Berfungsi sebagai peti jenazah.
e. Punden berundak, adalah bangunan berupa batu susunan batu berundak seperti candi. Digunakan untuk upacara pemujaan.
f. Waruga, adalah peti kubur batu berukuran kecil, berbentuk kubus dan memiliki tutup lempengan batu yang lebar.

Bangunan Megalitik Menhir.
E. Peninggalan Kebudayaan Masa Praaksara
Dalam memenuhi kebutuhanya manusia purba membutuhkan berbagai peralatan meskipun masih sangat sederhana. Berdasarkan peninggalan kebudayaannya masa pra kasara dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Zaman Batu (lithikum)
Pada zaman ini semua peralatan yang dibuat berasal dari batu. Zaman batu dibedakan menjadi tiga yaitu:
a. Zaman batu tua (Paleolithikum), pada masa ini manusia purba masih menggunakan alat-alat dari batu yang masih kasar dan belum diasah.
    
Kapak Genggam.                 

b. Zaman batu tengah (Mesolithikum), pada masa ini manusia purba masih menggunkan peralatan dari batu yang sudah diasah namun belum halus.
  Alat Serpih.
c. Zaman batu muda (Neolithikum), pada masa ini manusia purba masih menggunakan peralatan dari batu namun telah di asah dengan halus.
 Kapak Batu.  Kapak Lonjong.
2. Zaman Logam
Pada masa ini manusia purba telah memiliki kemampuan melebur logam untuk membuat peralatan. Dibedakan menjadi tiga yaitu:
a. Zaman tembaga, manusia purba sudah dapat memanfaatkan logam tembaga untuk dibuat berbagai peralatan. Indonesia tidak mengalami zaman tembaga.
b. Zaman perunggu, manusia purba sudah membuat peralatan dari perunggu yang diperoleh dari campuran logam tembaga dan timah. Bentuknya lebih halus dari pada peralatan pada zaman tembaga. Ada dua cara yang umum di gunakan dalam pembuatan peralatan dari perunggu yaitu A che perdue yaitu teknik cetak hilang dan Bi Valve yaitu teknik setangkup.
c. Zaman besi, manusia purba sudah mampu melebur bijih besi menjadi peralatan kebutuhan sehari-hari meskipun masih kasar.
Alat Zaman Logam. 














                                                                       
                                                                         

1 komentar: